LAPORAN TUTORIAL
SINTESIS PROTEIN DAN SALAH SATU KELAINANNYA PADA
MANUSIA
OLEH
RAHAJENG NARISWARI
J500080032
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Protein adalah bahan dasar pembentuk tulang, mata,
rambut, atau otot. Sel-sel
dengan protein pembentuknya yang berbeda-beda membentuk setiap bagian terkecil.
Setiap bagian yang terkecil dirancang dan dibangun secara sempurna dengan
menggunakan bahan organik, yaitu protein (Harun Yahya, 2005).
Protein terbuat dari molekul-molekul lebih kecil yang
disebut asam amino yang terbentuk oleh beragam kombinasi berbeda dari atom
karbon, nitrogen dan hidrogen. Terdapat 500-1.000 asam amino dalam sebuah
protein berukuran rata-rata. Hal yang penting adalah bahwa asam-asam amino
harus tersusun dalam urutan tertentu untuk membentuk sebuah protein. Terdapat
20 jenis asam amino berbeda yang menyusun makhluk hidup. Setiap protein
memiliki urutan asam amino tertentu dan urutan ini harus benar-benar tepat.
Urutan ini berdasarkan pada perintah yang disimpan dalam DNA sel, dan protein
dihasilkan berdasarkan informasi yang terdapat dalam DNA tersebut. (Daryl
K. Granner, 1999).
Sebelum penemuan DNA, telah diketahui bahwa gen adalah
unit fisik dan fungsional dari hereditas yang mengandung informasi untuk
sintesis protein. Gen-gen membawa informasi yang harus dikopi secara akurat
untuk ditransmisikan kepada generasi berikutnya. Jadi fungsi paling penting
dari DNA adalah membawa gen yang mengandung informasi yang menentukan jenis
protein yang harus disintesis, kapan, dalam tipe sel yang mana, dan
seberapa banyak jumlah protein yang harus disintesis (Sylvia A. Price at al,
2005).
Berdasarkan pentingnya pengaruh protein
berkaitan dengan sintesis dan kelainannya pada manusia, penyusun ingin membahasnya
dalam cakupan laporan tutorial yang berjudul Sintesis Protein dan Salah Satu
Kelainannya Pada Manusia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
disampaikan di atas maka penyusun dapat merumuskan masalahnya sebagai berikut:
- Apa saja yang berperan dalam sintesis protein di dalam tubuh manusia?
- Subtansi apa saja yang berkaitan dengan sintesis protein?
- Apakah yang menyebabkan kelainan sintesis?
- Apakah yang dimaksud dengan thalasemia?
C. Tujuan
Pembuatan laporan ini bertujuan untuk:
a.
Mengetahui tentang
peran sintesis protein dalam kehidupan sehari-hari
b.
Memahami dasar-dasar
sintesis protein yang menentukan ekspresi gen
c.
Mampu menjelaskan
tentang sintesis protein, struktur dan fungsi protein beserta ekspresi dan
regulasinya
d.
Mengetahui penyakit apa
saja yang dapat ditimbulkan akibat kelainan sintesis protein
D. Manfaat
Dengan adanya pembuatan laporan yang berjudul
Sintesis Protein dan Salah Satu Kelainannya Pada Manusia, Mahasiswa diharapkan :
a.
Mendapat ilmu yang baru
mengenai pengaruh sintesis protein dan penyakit yang ditimbulkan akibat
kelainan sintesisnya.
b.
Mampu berfikir kritis
untuk membuat sejumlah hipotesis dan mengkaji berbagai kemungkinan masalah
dengan analisa dan sintesis, evaluasi dan pembentukan pengetahuan serta
pemahaman baru.
c.
Dapat memotivasi untuk
mengarahkan diri dan menguji pengetahuan baru atau lama untuk menyelesaikan
masalah dalam skenario ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
Berbagai macam protein dan enzim disintesis di
dalam sel-sel suatu organisme. Setiap protein atau enzim mempunyai sifat dan
fungsi yang berbeda tetapi secara bersama mereka menentukan dan mengontrol
proses-proses metabolisme pada saat diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan
dengan pola yang sangat kompleks, yang menjadi ciri secara individual dan
spesies (Suryo, 2001).
Sintesis protein mencakup dua hal yaitu
transkripsi dan translasi. Transkripsi adalah proses penyalinan kode-kode
genetik yang ada pada urutan DNA menjadi molekul RNA, sehingga proses ini
mengawali ekspresi sifat-sifat genetik yang nantinya akan muncul sebagai
fenotipe. Molekul RNA yang diseintesis dalam proses transkripsi pada garis
besarnya dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu massanger RNA (mRNA)
adalah RNA yang merupakan salinan kode-kode genetik pada DNA yang dalam proses
selanjutnya (translasi) akan diterjemahkan melalui urutan asam-asam amino
spesifik yang menyusun suatu polipeptida atau protein tertentu, yang kedua
adalah transfer RNA (tRNA) yaitu RNA yang berperan membawa
asam-asam amino yang menyususn suatu polipeptida atau protein tertentu dan yang
ketiga adalah ribosomal RNA (rRNA) yaitu RNA yang digunakan untuk
menyususn ribosom, ribosom adalah suatu partikel di dalam sel yang digunakan
sebagai tempat sintesis protein (Triwibowo Yuwono, 2005). Transkripsi meliputi
3 tahap yaitu denaturasi untai DNA, transkrip kode genetiik salah satu untai
DNA, elongasi untai RNA (Suryo, 2001).
Translasi adalah proses penerjemahan urutan
nukleotida yang ada pada molekul mRNA menjadi rangkaian asam-asam amino yang
menyusun suatu polipeptida atau protein (Suryo, 2001).
DNA sebagai media untuk proses transkripsi
suatu gen berada di kromosom dan terikat oleh protein histon. Saat menjelang
proses transkripsi berjalan, biasanya didahului signal dari luar akan kebutuhan
suatu protein atau molekul lain yang dibutuhkan untuk proses pertumbuhan,
perkembangan, metabolisme, dan fungsi lain di tingkat sel maupun jaringan.
Kemudian RNA polymerase II akan mendatangi daerah regulator element dari gen
yang akan ditranskripsi. Kemudian RNA polymerase ini akan menempel (binding) di
daerah promoter spesifik dari gen yang akan disintesis proteinnya, daerah
promoter ini merupakan daerah consesus sequences, pada urutan -10 dan
-35 dari titik inisiasi (+1) yang mengandung urutan TATA-Box sebagai basal
promoter. Setelah itu, polimerase ini akan membuka titik inisiasi (kodon ATG)
dari gen tersebut dan mengkopi semua informasi secara utuh baik daerah exon
maupun intron, dalam bentuk molekul immature mRNA (messenger
RNA). Kemudian immature mRNA ini diolah pada proses splicing
dengan menggunakan smallnuclear RNA (snRNA) complex yang akan
memotong hanya daerah intron, dan semua exon akan disambungkan menjadi satu
urutan gen utuh tanpa non-coding area dan disebut sebagai mature mRNA
(Fatchiyah dan Estri Laras Arumingtyas, 2006).
Pada tahap berikutnya, mRNA ini diproses lebih
lanjut pada proses translasi di dalam ribosom, dalam tiga tahapan pokok yaitu
inisiasi sebagai mengawali sintesis polipeptida dari kodon AUG yang ditranslasi
sebagai asam amino methionine. Proses ini berlangsung dengan bantuan initiation
factor (IF-1, IF-2 dan IF3) dan enzim tRNA-methionine
synthethase sehingga tRNA dan asam amino methionine membentuk
ikatan cognate dan bergerak ke ribosom tempat sintesis protein
berlangsung. Langkah selanjutnya adalah elongasi atau pemanjangan polipeptida
sesuai dengan urutan kodon yang dibawa oleh mRNA (Triwibowo Yuwono, 2005)
Pada proses elongasi ini diperlukan elongation
factor complex. Seperti juga proses inisiasi enzim tRNA-amino
acid synthethase berperan dalam pembentukan cognate antara tRNA
dan asam amino lainya dari sitoplasma yang sesuai dengan urutan kodon mRNA
tersebut. Proses elongasi akan berhenti sampai kodon terminasi dan poly-adenyl
(poly-A), dan diakhiri sebagai proses terminasi yang dilakukan oleh
rho-protein. Polipeptida akan diproses sebagai molekul protein yang fungsional
setelah melalui proses post- translation di retikulum endoplasmik
(RE) hingga tingkat jaringan. (Triwibowo Yuwono, 2005).
Protein yang terbentuk dalam sintesis protein
mengikuti kode genetik berdasarkan kode genetik mRNA (kodon). Kode genetik itu
berbentuk triplet sehingga terjadi kelimpahan kode untuk protein. 1 protein
bisa mempunyai lebih dari 1 triplet genetik. Yang perlu diingat adalah triplet
untuk kodon start (awal) untuk sintesis protein dan stop untuk
menghentikan proses sintesis protein.
kodon startnya adalah AUG, proteinnya methionine
dan kodon stopnya yaitu UAA, UAG, UGA (Suryo, 2001).
Ribosom membaca kodon-kodon pada rantai mRNA
dari ujung 5’ → 3’. Hasil proses translasi adalah molekul polipeptida yang
mempunyai ujung amino dan ujung karboksil. Ujung amino adalah ujung yang
pertama kali disintesis dan merupakan hasil penerjemahan kodon yang terletak
pada ujung ‘5 mRNA, sedangkan ujung yang terakhir disintesis adalah gugus
karboksil. Ujung karboksil merupakan hasil penerjemahan kodon yang terletak
pada ujung 3’ mRNA. Oleh karena itu sintesis protein berlangsung dari ujung
amino ke ujung karboksil (Triwibowo Yuwono, 2005).
Adanya tudung mRNA pada ujung 5’,
mempunyai empat fungsi yaitu (Triwibowo Yuwono, 2005):
a.
Melindungi mRNA dari
degradasi
b.
Meningkatkan efisiensi
translasi mRNA
c. Meningkatkan pengangkutan mRNA dari
nukleus ke sitoplasma
d.
Meningkatkan efisiensi
proses splicing
Penambahan poly A pada ujung 3’ berguna untuk
meningkatkan stabilitas mRNA sehingga mRNA mempunyai umur yang lebih panjang
dibanding dengan mRNA yang tidak memiliki poly A karena dengan adanya
penambangan poly A pada ujung 3 melindungi mRNA dari degradasi oleh enzim
eksonuklease (Triwibowo Yuwono, 2005).
Dalam proses translasi setiap kodon berpasangan
dengan antikodon yang sesuai yang terdapat dalam molekul tRNA, sebagai contoh,
kodon methionine (AUG) mempunyai komplemennya dalam bentuk antikodon UAC
yang terdapat pada tRNAMet. Pada waktu tRNA yang membawa asam amino
diikat ke dalam sisi A pada ribosom, maka bagian antikodonnya berpasangan
dengan kodon yang sesuai dengan yang ada pada posisi A tersebut (Triwibowo
Yuwono, 2005).
Di alam dijumpai variabel sifat-sifat genetik
yang luas. Perbedaan sifat semacam ini menyebabkan dikenalnyaberbagai kelompok
jasad hidup. Variabel genetik jasad hidup yang ada di alam disebabkan oleh
proses mutasi dan rekombinasi (Triwibowo Yuwono, 2005).
Mutasi adalah perubahan struktural atau
Komposisi DNA pada genom suatu jasad yang dapat menyebabkan perubahan fenotipe
pada jasad yang bersangkutan meskipun tidak semua mutasi menyebabkan perubahan
fenotipe. Mutasi biasanya terjadi karena adanya pengaruh faktor dari luar
misalnya perlakuan dengan senyawa kimia atau perlakuan dengan fisik tertentu
seperti radiasi, atau yang terjadi secara alami seperti karena kesalahan dalam
proses replikasi DNA (Sylvia A. Price et al, 2005).
Rekombinasi genetik adalah proses pertukaran
elemen genetik yang dapat terjadi antara untaian DNA yang berlainan (interstand),
atau antara bagian-bagian gen yang terletak dalam satu untaian DNA (Triwibowo
Yowono, 2005).
Dengan adanya faktor mutasi dan
rekombinasi ini dimungkinkan dapat diturunkan pada keturunannya nantinya (Kumar
et al, 2007). Menurut Gregor Mandel (1822-1884), telah melakukan eksperimen,
dari eksperimen tersebut beliau berprinsip bahwa (Sylvia A. Price et al, 2005):
a.
Prinsip Pemisahan
Organisme yang mampu melakukan reproduksi
memiliki sepasang kromosom, yaitu dua untuk setiap gen, satu dari ayah
dan satu dari ibu. Selama reproduksi, hanya salah satu dari dua agen tersebut
diwariskan ke keturunannya.
b.
Prinsip Independent
Assortment
Gen-gen di dua lokus yang berbeda
terdistribusikan ke anak-anak mereka tanpa bergantung satu sama lain.
Salah satu kelainan genetik yang diwariskan
oleh orang tua adalah Thalassaemia. Untuk itu pada analisis kenario akan
dibahas secara khusus mengenai Thalassaemia.
B. Analisis Skenario
Thalassaemia
berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut. Yang dimaksud
dengan laut tersebut ialah Laut Tengah, oleh karena penyakit ini pertama kali
dikenal di daerah sekitar Laut Tengah. Penyakit ini pertama sekali ditemukan
oleh seorang dokter di Detroit USA yang bernama Thomas B. Cooley pada tahun
1925. Beliau menjumpai anak-anak yang menderita anemia dengan pembesaran limpa
setelah berusia satu tahun. Selanjutnya, anemia ini dinamakan anemia splenic
atau eritroblastosis atau anemia mediteranean atau anemia Cooley
sesuai dengan nama penemunya (Riri Julianti, 2008).
Thalassaemia adalah kelainan herediter dimana
produksi satu atau lebih dari satu jenis rantai polipeptida terganggu. Penyakit
ini merupakan penyakit genetik yang diturunkan secara autosomal resesif menurut
hukum Mendel dari orang tua kepada anak-anaknya (Sylvia A. Price et al, 2005).
Penyakit thalassemia meliputi suatu keadaan penyakit dari gelaja klinis yang
paling ringan (bentuk heterozigot) yang disebut thalassemia minor atau
thalassemia trait (carrier = pengemban sifat) hingga yang paling berat (bentuk
homozigot) yang disebut thalassemia mayor. Bentuk heterozigot diturunkan oleh
salah satu orang tuanya yang mengidap penyakit thalassemia, sedangkan bentuk
homozigot diturunkan oleh kedua orang tuanya yang mengidap penyakit thalassemia
(Kumar et al, 2007).
Berdasarkan letak kelainan pada rantainya
Thalassemia secara garis besar dibedakan 2 yaitu Thalassemia alfa (bila terjadi
gangguan pembentukan rantai alfa, biasanya pada suku Afrika) dan Thalassemia
beta (paling sering, dimana terjadi gangguan pembentukan rantai beta) (Kumar et
al, 2007).
Jalur penurunan penyakit Thalassaemia adalah
sebagai berikut, suatu gen memiliki 2 alel, D dan d dengan d adalah alel normal
dan D adalah adalah alel yang telah bermutasi dan menentukan suatu penyakit,
berikut adalah skema penurunan penyakit Thalassaemia (Sylvia A. Price et al,
2005):
Pada
Thalassaemia khususnya Thalassaemia mayor terjadi gangguan pembentukan
Hemoglobin dalam darah akibatnya darah tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh
akan kecukupan oksigen. Hemoglobin (Hb) adalah substansi penting dalam sel
darah merah (eritrosit) karena peranannya dalam pengikatan oksigen ke dalam
eritrosit. Hb merupakan suatu protein yang terbentuk dari heme dan globin yang
terdiri atas 4 rantai polipeptida (= tetramer). Orang dewasa normal membentuk
Hb A1 dan kadarnya mencapai lebih dari 95 % dari hemoglobin, sisanya terdiri
dari HbA2 yang kadarnya tidak lebih dari 2 % sedangkan HbF (Foetus)
setelah lahir kadarnya akan menurun dan setelah 6 bulan kadarnya hanya 4 %.
Tetramer Hb A1 terdiri atas rantai polipeptida : 2 rantai alfa dan 2 rantai
beta sedangkan polipeptida HbA2 terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai delta,
pada HbF terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama. Molekul hemoglobin
manusia terbina daripada empat subunit protein
berbentuk globul. Oleh sebab satu subunit dapat membawa satu molekul oksigen, maka
secara efektifnya setiap molekul hemoglobin dapat membawa empat molekul
oksigen. Setiap subunit pula terdiri dari satu rantai polipeptida yang mengikat
kuat sebuah molekul lain, dipanggil heme (Ririn Julianti, 2008). Gen-gen
yg mengontrol produksi rantai globin (Kumar et al, 2007):
1. Khromosom 11 ada “5 functional ß-like globin globin gene” :
5’- ζ/a2/a1 – 3’.
2. Khomosom 16 ada “3 functional a-like gene” : 5’-
e/γ-G/γ-A/d/ß-3’ yang panjangnya > 60 kb.
Sebagai sindrom klinik penderita thalassemia
mayor (homozigot) yang telah agak besar menunjukkan gejala-gejala fisik yang
unik berupa hambatan pertumbuhan, anak menjadi kurus bahkan kurang gizi, perut
membuncit akibat hepatosplenomegali dengan wajah yang khas mongoloid, frontal
bossing, mulut tongos (rodent like mouth), bibir agak tertarik,
maloklusi gigi (Kumar et al, 2007).
Untuk mendiagnosis adanya Thalassaemia dapat
menggunakan elektroforesis yang digunakan untuk Thalassaemia β mayor, sedangkan
untuk Thalassaemia α mayor dapat didiagnosis secara klinik. Selain itu
pemeriksaan darah tepi juga penting dilakukan agar dapat mengetahui adanya
anemia hipokromik berat yang disertai dengan bentuk sel yang bervariasi atau
tidak. Analisa DNA juga digunakan untuk diagnosis prenatal (Kumar et al, 2007).
Penanganan terhadap Thalassaemia khususnya
Thalassaemia mayor adalah dengan pemberian transfusi darah secara teratur,
biasanya 1 bulan sekali. Selain itu untuk mengeluarkan zat besi yang tertumpuk
karena efek pemberian transfusi biasanya diberikan chelating agent
(Desferal) yang diberikan secara intravena atau subkutan melalui bantuan pompa
kecil. Kadang-kadang perlu dilakukan splenektomi untuk menghindari penghancuran
eritrosit yang berlebih. Transplantasi sumsum tulang sudah sering dilakukan
saat ini untuk penanganan Thalassaemia (Mansjoer Arif et al, 2000). Obat-obat
yang juga saat ini berperan dalam membantu penanganan Thalassemia adalah
5-azacytidine, hydroxyurea, golongan butyrate and erythropoietin
(Hedi R. Dewonoto dan S. Wardhini B. P., 2007).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Transkripsi merupakan transport kode genetik
dari DNA ke tempat sintesa protein, proses transkripsi melalui 3 tahapan pokok
dan hasil akhir dari proses transkripsi adalah mRNA untai tunggal.
Translasi merupakan proses sintesa protein dari
kode genetik gen yang ter-ekspres dari Mrna, proses translasi melalui 3 tahapan
pokok dan hasil akhir dari proses translasi adalah rangkaian asam amino berupa
protein.
Kelainan genetik dari sintesis protein dapat
disebabkan kare mutasi dan rekombinasi, perbedaan antara mutasi dan rekombinasi
terletak pada pertukaran elemen genetiknya, dalam mutasi tidak ada pertukaran
elemen genetik, sebaliknya rekombinasi melakukan pertukaran elemen genetik.
Salah satu keleinan genetik herediter adalah
Thalasemia, Thalasemia adalah kelainan sintesis hemoglobin yang merupakan salah
satu protein/polipeptida (rangkaian asam amino) dalam tubuh.
B. Saran
Dari pemahaman pembuatan laporan , penyusun
dapat menyarankan agar:
Bagi pasangan muda yang akan melanjutkan hubungan ke jenjang
pernikahan sebaiknya melakukan skreening terlebih dahulu sebelum menikah,
selain itu untuk mengindari mutasi tinggalkanlah kebiasaan-kebiasaan buruk
seperti merokok, minum minuman keras, dan hindari pula adanya radiasi sinar UV.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Mansjoer et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi 3. Jilid II. Jakarta, Bagian Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, pp. 497-8
Dewonoto, Hedi R. Dan S. Wardhini B. P. 2007. Farmakologi dan
Terapi. Edisi 5. Jakarta, Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, pp. 802-3
Fatchiyah dan Estri Laras Arumingtyas. 2006. Kromosom, gen,DNA, sinthesis
protein dan regulasi. Malang, Laboratorium Biologi Molekuler dan
Seluler Universitas Brawijaya.
Granner, K. Daryl. 1999. Biokimia Harper.
Edisi 24. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp. 442-58
Julianti, Riri. 2008. Thalassaemia. Pekan Baru, Fakultas
Kedokteran Universitas Riau, RSUD Arifin Acmad Pekanbaru.
Kumar et al. 2007. Patologi. Edisi 7.
Volume I. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp. 452-3
Sylvia A. Price et al. 2005. Patofisiologi. Edisi
6. Volume I. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp. 13-37
Suryo. 2001. Genetika Manusia. Edisi 6.
Yogyakarta, Gajah Mada University perss, pp. 46-51
Yahya, Harun. 2005. Rancangan Pada Protein. http://www.harunyahya.com/indo/buku/rancanganprotein_buku003.htm.
(24 Maret 2009)
Yuwono, T. 2005. Biologi Molekuler. Jakarta, Erlangga,
pp.133-223
Tidak ada komentar:
Posting Komentar