Minggu, 21 November 2010

MASTITIS

Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Mastitis ini dapat terjadi kapan saja sepanjang periode menyusui, tapi paling sering terjadi antara hari ke-10 dan hari ke-28 setelah kelahiran. Mastitis akut sering ditemukan pada masa laktasi. Pada permulaan masa laktasi sering terjadi fissura pada puting susu yang kadang-kadang didahului eczema atau penyakit kulit lain dan sering terjadi infeksi bakteri. Infeksi tersebut biasanya unilateral, dapat berupa abses yang soliter atau multipel. Bila sembuh timbullah jaringan parut yang mengakibatkan retraksi kulit atau puting susu.

Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Abses (nanah) payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis. Dua penyebab utama dari mastitis adalah stasis (terhenti) ASI dan infeksi. Patogen yang paling sering diidentifikasi adalah staphilokokus aureus.


Pada mastitis infeksius, ASI dapat terasa asin akibat kadar natrium dan klorida yang tinggi dan merangsang penurunan aliran ASI. Ibu harus tetap menyusui. Antibiotik (resisten-penisilin) diberikan bila ibu mengalami mastitis infeksius.

Klasifikasi Mastitis
a. Menurut Bentuknya 
  • Mastitis catarralis adalah mastitis yang paling ringan. Disini ditemukan radang dan degenerasi dan degenerasi pada parenchym (epitel) saluran-saluran air susu besar.
  • Mastitis parenchymatosa Adalah radang yang meluas hingga asinus pembentuk air susu, jadi hingga parenchym yang mementuk air susu.
  • Mastistis interstitialis Radang terutama ditemukan di dalam interstisium (jar.ikat)
b. Menurut pembagian patologik anatomik mastitis
  • Mastitis catarrhalis yakni radang pada saluran susu yang halus.
  • Mastitis parenchymatosa radang parenchym pembentuk air susu.
  • Mastitis Phlegmonosa dimaa radang ini meluas dalam jaringan ikat. Oleh karena itu dinamakan jg mastitis interstitialias. Terlihat pada perlukaan dan infesi ambing .
  • Mastitis purulenta (apestomatosa) , disertai pembentukkan abses-abses.
  • Mastitis necriticans memperlihatkan regresi luar biasa dengan nekrosa kering (necrosa koagulasi)
  • Mastitis indurativa dimana kelenjar digantikan oleh jaringan ikat. Sekresi air susu berhenti . ambingnya akan terasa keras, lingkarannya bertambah atau berkurang. Mastitis ini dapat terjadi pada 3 kuartir.
  • Mastitis specifica disebabkan oleh tuberculosis dan aktimikosis.
Etiologi
Mastitis dapat disebabkan karena keradangan biasa atau oleh agen infeksi seperti bakteri dan jamur. Bakteri yang dapat menimbulkan mastitis antara alain adalah :
  1. Staphylococcus aureus. Merupakan bakteri utama yang paling sering menyebabkan mastitis. Dapat menyebabkan mastitis subklinis maupun klinis. Memiliki protein A pada membrannya sebagai faktor virulensi, yang bersifat antifagositik dengan cara berikatan dengan bagian dari IgG untuk mengacaukan opsonisasi. Selain itu, polisakarida yang ada di kapsulanya juga bersifat antifagositik. Staphylococcus  menghasilkan produk ekstraseluler seperti katalase, koagulase, staphylokinase, lipase, dan hyaluronidase. Semuanya berperan untuk menembus membran mukosa, kecuali katalase. Katalase digunakan untuk mengubah oksigen peroksida menjadi oksigen dan air. Selain itu, lipase juga berfungsi untuk melindungi bakteri ini dari asam lemak bakterisisdal pada saluran mammae. Bentukan akut dari
    Staphylococcus adalah beberapa kebengkakan dan sekresi purulent dan fibrosis. 
  2. Streptococcus agalactiae 
  3. Streptococcus dysgalactiae 
  4. Streptococcus uberis 
  5. Mycoplasma sp ( Mycoplasma bovis) 
  6. Corynebacterium bovis 
  7. Bakteri lain seperti
    Pseudomonas aeruginosa, Clostiridium perfringens, dan Bacillus sp
    ( Carter, 2004 ) ; ( Quin et al, 2002  
  • Puerperal Mastitis
Disebabkan karena adanya sumbatan pada ductus payudara oleh bakteri Staphilococcus aureus yang masuk melalui puting payudara ataupun sobekan/ luka pada payudara. Puerparal mastitis ini biasanya menyerang wanita pasca bersalin hingga 3 bulan selama masa menyusui.
  • Non-Puerparal Mastitis
Dalam banyak kasus, Non-Puerperal Mastitis tidak disebabkan oleh inflamasi bakteri, namun dapat disebabkan oleh Hyperprolactinemia, kasus hormon tiroid, merokok, adanya nanah dalam payudara, diabetes dan pengaruh beberapa faktor pengobatan. Dalam keadaan ini, terjadinya resiko perulangan penyakit, abses dan infeksi lanjutan lebih besar daripada puerperal mastiti
Manifestasi Klinis
Gejala mastitis non-infeksius:
Ibu memperhatikan adanya "bercak panas", atau area nyeri tekan yang akut. Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras di daerah nyeri tekan tersebut. Ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja 

Gejala mastitis infeksius:
  • Ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot seperti flu.
  • Ibu dapat mengeluh sakit kepala.
  • Ibu demam dengan suhu di atas 34 oC
  • Terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara.
  • Kulit pada payudara dapat tampak kemerahan atau bercahaya (tanda-tanda akhir).
  • Kedua payudara mungkin terasa keras dan tegang "pembengkakan".
Faktor Predisposisi
1. Umur
    Sebuah studi retrospektif menunjukan bahwa wanita berumur 21- 35 tahun lebih sering terkena mastitis
2. Paritas.
    Primipara mempunyai faktor resiko lebih besar.
3. Serangan sebelumnya.
    Pada beberapa studi,terdapat bukti bahwa serangan mastitis cenderung berulang.
4. Melahirkan.
    Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan resiko mastitis.
5. Gizi.
    Antioksidan dari Vit.E,Vit A, dan selenium diketahui mengurangi resiko mastitis.
6. Faktor kekebalan dalam ASI
    Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara.

Pemeriksaan Penunjang


Penatalaksanaan :
  1. Payudara dikompres dengan air hangat.
  2. Untuk mengurangi rasa sakit dan demam dapat diberikan pengobatan analgetika-antipiretik. (asetaminofen, ibuprofen (Thylenol))
  3. Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika.
  4. Pompa pada payudara untuk mengosongkan payudara
  5. Bayi mulai menyusu dari payudara yang mengalami peradangan.
  6. Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya.
  7. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat cukup.
  8. Jika ibu demam tinggi (< 39oC), periksa kultur susu terhadap kemungkinan adanya infeksi streptokokal.
  9. Pada abses di tangani dengan pembedahan untuk mengeluarkan abses. Jika terjadi abses, bawa penderita ke Rumah Sakit untuk mendapatkan antibiotik intravena, aspirasi atau insisi. Setiap cairan aspirasi dilakukan pemeriksaan histologik untuk menyingkirkan keganasan, dapat pula dilakukan drainase.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar